Minggu, 28 Oktober 2012

MY FRIENDSHIP STORY





            Sudah lama rasanya aku ingin berbagi tentang kisah persahabatan. Kisah yang menjadi polemik bagiku. Baik suka maupun duka. Mungkin juga tergantung bagaimana orang memandang tentang persahabatan antara aku dengannya. Silakan dimaknai dengan sebaik-baiknya saja ya.. hehehe..
            Namanya Benny. Seorang sahabatku. Berbeda fakultas dan jurusan. Aku bertemu dengannya pertama kali yaitu saat berada dalam sebuah pertemuan alumni ROHIS SMA. Aku saat itu mewakili ROHIS dari SMA ku di Bukittinggi. Sedangkan benny mewakili ROHIS SMA – nya di Padang. Itulah saat pertama kali bertemu. Aku dan Benny saling berkenalan dan juga berbagi pengalaman tentang ROHIS SMA masing-masing.
            Sejak saat itu aku dan Benny tak bertemu kembali. Hingga dua bulan berikutnya. Saat ada lowongan untuk menjadi tim KPT KESMA BEM KM UNAND. Aku menjadi salah seorang tim mewakili fakultasku sedangkan Benny mewakili fakultasnya. Pada tim KPT tersebut aku menjadi divisi pelaksana. Sedangkan Benny menjadi divisi litbang. Meskipun berbeda divisi namun aku dan Benny akhirnya akrab. Mulai saat itulah aku dan Benny sering bertemu.
            Pertemuan aku dan Benny semakin sering dalam agenda kampus yang mengatasnamakan FSI dari masing-masing fakultas. Kedekatan aku dan Benny pun sudah mulai terasa dekat. Aku mulai untuk saling mencurahkakn perasaan yang kualami. Begitupun dengan Benny.
            Kedekatan aku dan benny semakin terus berlanjut hingga akhirnya aku putuskan untuk menjadi seorang relawan pada lembaga kemanusiaan. Bennylah yang mencoba untuk mengajakku terjun menjadi relawan. Dorongan dari benny yang menguatkan diriku untuk mengabdikan diri menjadi relawan kemanusiaan. Berbagi suka dan duka saat ada musibah kepada korban bencana.
            Kedekatan kami memang sungguh unik. Meskipun berbeda latar belakang masing-masing. Beberapa teman dari Universitas sering mengatakan bahwa : “Ada Benny pasti ada Sae ataupun sebaliknya.” Itulah yang terjadi. Namun demi sebuah jiwa kemanusiaan yang aku dan Benny rasakan membuat aku dan Benny semakin erat saja seperti perangko.
            Perjalanan waktu membuat aku dan Benny semakin membuat paradigma masing-masing tentang hakikat kehidupan sebenarnya setelah perkuliahan selesai. Aku memutuskan untuk menjadi seorang pekerja. Sedangkan Benny bersikeras untuk mandiri menjadi seorang wiraaswasta. Perbedaan ini sering kali membuat aku dna Benny cekcok. Dan berujung pada perdebatan mulut dan saling mengejek. Namun, itu hanyalah sebentar. Sifat aku dan benny yang sama-sama keras memang harus berujung perdebatan. Namun keunikan tersebut tidaklah membuat sebuah permusuhan antara aku dan Benny. Malahan membuat aku dan Benny saling mengenal karakter masing-masing.
Perbedaan lain yaitu dalam hal mencari jodoh. Aku lebih memilih untuk menikah setelah aku memiliki pekerjaan yang layak. Sedangkan Benny lebih memilih memiliki jodoh saat kuliah. Perbedaan tersebut membuat aku dan Benny semakin mencurahkan apa yang seharusnya dilakukan untuk memenuhi keinginan mendapat istri. Walhasil perbedaan tersebut pun berujung pada sebuah keputusan bahwa baik aku dan Benny akhirnya menikah setelah lulus kuliah. Dan dengan sistem taaruf. Berpacaran setelah pernikahan. Aku menikah pada bulan Februari sedangkan Benny menikah pada bulan November 2010. Meskipun aku berhasil mendahuluinya dalam hal menikah. Namun, perbedaan waktu menikah membuat sebuah keunikan yang lain. Diantaranya yaitu, dalam hal kesamaan nama pasanagan masing-masing. Contohnya, aku dan istriku sama-sama memiliki huruf awal dan akhir yang sama yaitu berawal huruf S dan berakhir pada H. Sedangkan Benny dan istrinya sama-sama memiliki huruf akhir yang sama pula, yaitu berakhir pada huruf I. Namaku Saepullah dan istriku bernama Syarifah. Sedangkan Benny bernama Benny Ariandi dan istrinya bernama Desi Arianti. Itulah keunikan lainnya. 
Dari kiri ke kanan : adi, sae, fatkul, dan benny

Oh ya, kini aku dan Benny semakin jauh terpisah pulau dan kota. Aku berada di Cibinong namun Benny berada di Pekanbaru. Aku pindah pada bulan Juni 2009, delapan bulan sebelum aku menikah. Aku meninggalkan Sumatera Barat karena cita-citaku untuk kembali ke pulau Jawa setelah perkuliahan selesai. Meskipun demikian, aku sering melakukan hubungan kontak via telepon maupun sms dengan Benny. Termasuk saat-saat aku akan menikah pada bulan februari 2010.
Saling berkomunikasi dengan benny meskipun lewat sms ataupun telepon memang sungguh berarti. Hal menarik lainnya yaitu ketika ayahku meninggal dunia pada akhir Januari 2011,  dua bulan sebelum anakku lahir. Aku mengontak Benny pada saat aku sudah berada di bandara Soetta untuk terbang ke SumBar. Aku pikir dirinya tidak akan menjemputku dari bandara internasional Minangkabau. Namun, Benny tetap menjemputku pada malam hari dengan kondisi hujan. Pun demikian Benny mengantarkanku untuk ke Bukittinggi dengan menggunakan sepeda motor meskipun malam hari. Perjalanan di malam hari yang mengasyikkan dengan Benny setelah lama tak bersua. Aku dan Benny pun saling bercerita tentang kehidupan rumah tangga maupun tentang aktivitas kami masing-masing. Hal itu tentu saja dilakukannya agar aku tidak terlalu bersedih hati. Sungguh luar biasa.
Perjalanan tersebut akhirnya sampai di Bukittinggi saat menjelang tengah malam yaitu pukul 23.30. Aku dan Benny pun melanjutkan perjalanan kembali pada esok hari untuk berziarah ke makam ayahku di Malalak. Aku dan Benny berangkat pada pukul 7. Kondisi Bukittinggi yang dingin tidak mensurutkan niatnya untuk menemaniku ke Malalak. Perjalanan berlanjut selama 1,5 jam hingga di pemakaman ayahku. Setelah berziarah aku dan Benny kembali pulang menuju ke Bukittinggi. Tak lupa untuk menceriakan pertemuan singkat tersebut akhirnya diakhiri dengan bernarsis ria. Ditengah hutan dengan latar belakang bukit dan mengarah ke laut Pariaman. Semuanya sungguh indah. I LOVE THAT JOURNEY.
Aku dan Benny saat terakhir bertemu

Akhirnya tibalah saat berpisah kembali. Aku harus balik keesokan harinya ke Cibinong dengan aktivitas kembali. Sedangkan Benny harus meninggalkan diriku untuk kembali ke kota Padang. Sedangkan aku harus menetap sejenak di Bukittinggi menemui ibuku dan bercengkerama bersama ibuku. Pertemuan itupun berakhir dan berharap bisa bertemu kembali pada saat akan datang. Namun, hingga saat ini belum terjadi pertemuanku dengan Benny. Sudah 1,5 tahun tidak bertemu dengan Benny face to face. Berharap bisa bertemu dengannya kembali dalam waktu dekat.
Memang persahabatan yang telah terjalin semakin terasa ingin berdekatan kembali seperti saat kuliah dulu, Saat membuat usaha laundry bersama, ataupun saat aktif dalam kegiatan relawan kemanusiaan. Hubungan aku dan Benny masih terjalin erat hingga kini, coz, friendship is never end!

1 komentar:

Santi Artanti mengatakan...

Makasih partisipasinya mas. kyknya satu2nya peserta cowok yak :D
mg persahabatannya langgeng..