Sudah
lama rasanya aku ingin berbagi tentang kisah persahabatan. Kisah yang menjadi
polemik bagiku. Baik suka maupun duka. Mungkin juga tergantung bagaimana orang
memandang tentang persahabatan antara aku dengannya. Silakan dimaknai dengan
sebaik-baiknya saja ya.. hehehe..
Namanya
Benny. Seorang sahabatku. Berbeda fakultas dan jurusan. Aku bertemu dengannya
pertama kali yaitu saat berada dalam sebuah pertemuan alumni ROHIS SMA. Aku
saat itu mewakili ROHIS dari SMA ku di Bukittinggi. Sedangkan benny mewakili
ROHIS SMA – nya di Padang. Itulah saat pertama kali bertemu. Aku dan Benny
saling berkenalan dan juga berbagi pengalaman tentang ROHIS SMA masing-masing.
Sejak
saat itu aku dan Benny tak bertemu kembali. Hingga dua bulan berikutnya. Saat
ada lowongan untuk menjadi tim KPT KESMA BEM KM UNAND. Aku menjadi salah
seorang tim mewakili fakultasku sedangkan Benny mewakili fakultasnya. Pada tim
KPT tersebut aku menjadi divisi pelaksana. Sedangkan Benny menjadi divisi litbang.
Meskipun berbeda divisi namun aku dan Benny akhirnya akrab. Mulai saat itulah
aku dan Benny sering bertemu.
Pertemuan
aku dan Benny semakin sering dalam agenda kampus yang mengatasnamakan FSI dari
masing-masing fakultas. Kedekatan aku dan Benny pun sudah mulai terasa dekat.
Aku mulai untuk saling mencurahkakn perasaan yang kualami. Begitupun dengan
Benny.
Kedekatan
aku dan benny semakin terus berlanjut hingga akhirnya aku putuskan untuk
menjadi seorang relawan pada lembaga kemanusiaan. Bennylah yang mencoba untuk
mengajakku terjun menjadi relawan. Dorongan dari benny yang menguatkan diriku
untuk mengabdikan diri menjadi relawan kemanusiaan. Berbagi suka dan duka saat
ada musibah kepada korban bencana.
Kedekatan
kami memang sungguh unik. Meskipun berbeda latar belakang masing-masing.
Beberapa teman dari Universitas sering mengatakan bahwa : “Ada Benny pasti ada Sae ataupun sebaliknya.” Itulah yang terjadi.
Namun demi sebuah jiwa kemanusiaan yang aku dan Benny rasakan membuat aku dan
Benny semakin erat saja seperti perangko.
Perjalanan
waktu membuat aku dan Benny semakin membuat paradigma masing-masing tentang
hakikat kehidupan sebenarnya setelah perkuliahan selesai. Aku memutuskan untuk
menjadi seorang pekerja. Sedangkan Benny bersikeras untuk mandiri menjadi
seorang wiraaswasta. Perbedaan ini sering kali membuat aku dna Benny cekcok.
Dan berujung pada perdebatan mulut dan saling mengejek. Namun, itu hanyalah
sebentar. Sifat aku dan benny yang sama-sama keras memang harus berujung
perdebatan. Namun keunikan tersebut tidaklah membuat sebuah permusuhan antara
aku dan Benny. Malahan membuat aku dan Benny saling mengenal karakter
masing-masing.
Perbedaan lain yaitu dalam hal mencari
jodoh. Aku lebih memilih untuk menikah setelah aku memiliki pekerjaan yang layak.
Sedangkan Benny lebih memilih memiliki jodoh saat kuliah. Perbedaan tersebut
membuat aku dan Benny semakin mencurahkan apa yang seharusnya dilakukan untuk
memenuhi keinginan mendapat istri. Walhasil perbedaan tersebut pun berujung
pada sebuah keputusan bahwa baik aku dan Benny akhirnya menikah setelah lulus
kuliah. Dan dengan sistem taaruf. Berpacaran setelah pernikahan. Aku menikah
pada bulan Februari sedangkan Benny menikah pada bulan November 2010. Meskipun
aku berhasil mendahuluinya dalam hal menikah. Namun, perbedaan waktu menikah
membuat sebuah keunikan yang lain. Diantaranya yaitu, dalam hal kesamaan nama
pasanagan masing-masing. Contohnya, aku dan istriku sama-sama memiliki huruf
awal dan akhir yang sama yaitu berawal huruf S dan berakhir pada H. Sedangkan
Benny dan istrinya sama-sama memiliki huruf akhir yang sama pula, yaitu berakhir
pada huruf I. Namaku Saepullah dan istriku bernama Syarifah. Sedangkan Benny
bernama Benny Ariandi dan istrinya bernama Desi Arianti. Itulah keunikan
lainnya.
Dari kiri ke kanan : adi, sae, fatkul, dan benny
Oh ya, kini aku dan Benny semakin jauh
terpisah pulau dan kota. Aku berada di Cibinong namun Benny berada di
Pekanbaru. Aku pindah pada bulan Juni 2009, delapan bulan sebelum aku menikah.
Aku meninggalkan Sumatera Barat karena cita-citaku untuk kembali ke pulau Jawa
setelah perkuliahan selesai. Meskipun demikian, aku sering melakukan hubungan
kontak via telepon maupun sms dengan Benny. Termasuk saat-saat aku akan menikah
pada bulan februari 2010.
Saling berkomunikasi dengan benny meskipun
lewat sms ataupun telepon memang sungguh berarti. Hal menarik lainnya yaitu
ketika ayahku meninggal dunia pada akhir Januari 2011, dua bulan sebelum anakku
lahir. Aku mengontak Benny pada saat aku sudah berada di bandara Soetta untuk terbang ke SumBar. Aku
pikir dirinya tidak akan menjemputku dari bandara internasional Minangkabau.
Namun, Benny tetap menjemputku pada malam hari dengan kondisi hujan. Pun
demikian Benny mengantarkanku untuk ke Bukittinggi dengan menggunakan sepeda
motor meskipun malam hari. Perjalanan di malam hari yang mengasyikkan dengan
Benny setelah lama tak bersua. Aku dan Benny pun saling bercerita tentang
kehidupan rumah tangga maupun tentang aktivitas kami masing-masing. Hal itu
tentu saja dilakukannya agar aku tidak terlalu bersedih hati. Sungguh luar
biasa.
Perjalanan tersebut akhirnya sampai di
Bukittinggi saat menjelang tengah malam yaitu pukul 23.30. Aku dan Benny pun
melanjutkan perjalanan kembali pada esok hari untuk berziarah ke makam ayahku
di Malalak. Aku dan Benny berangkat pada pukul 7. Kondisi Bukittinggi yang dingin
tidak mensurutkan niatnya untuk menemaniku ke Malalak. Perjalanan berlanjut
selama 1,5 jam hingga di pemakaman ayahku. Setelah berziarah aku dan Benny
kembali pulang menuju ke Bukittinggi. Tak lupa untuk menceriakan pertemuan
singkat tersebut akhirnya diakhiri dengan bernarsis ria. Ditengah hutan dengan
latar belakang bukit dan mengarah ke laut Pariaman. Semuanya sungguh indah. I LOVE THAT JOURNEY.
Aku dan Benny saat terakhir bertemu
Akhirnya tibalah saat berpisah kembali.
Aku harus balik keesokan harinya ke Cibinong dengan aktivitas kembali.
Sedangkan Benny harus meninggalkan diriku untuk kembali ke kota Padang.
Sedangkan aku harus menetap sejenak di Bukittinggi menemui ibuku dan
bercengkerama bersama ibuku. Pertemuan itupun berakhir dan berharap bisa
bertemu kembali pada saat akan datang. Namun, hingga saat ini belum terjadi
pertemuanku dengan Benny. Sudah 1,5 tahun tidak bertemu dengan Benny face to face. Berharap bisa bertemu
dengannya kembali dalam waktu dekat.
Memang persahabatan yang telah terjalin
semakin terasa ingin berdekatan kembali seperti saat kuliah dulu, Saat membuat
usaha laundry bersama, ataupun saat
aktif dalam kegiatan relawan kemanusiaan. Hubungan aku dan Benny masih terjalin
erat hingga kini, coz, friendship is never end!
1 komentar:
Makasih partisipasinya mas. kyknya satu2nya peserta cowok yak :D
mg persahabatannya langgeng..
Posting Komentar