Rabu, 26 Desember 2012

Surganya Indonesia Itu Bernama TORAJA



Oleh : Saepullah

            Judul di atas sedikit agak aneh memang terdengarnya. Mengapa judulnya saya buat demikian? Suatu alasan yang kuat bagi saya dalam mengambil judul di atas yaitu karena sejak tahun 2004 toraja telah mendapatkan nomor registrasi warisan dunia (world heritage) dari UNESCO. Registrasi ini juga menempatkan toraja pada urutan yang lebih tingggi dibandingkan dengan bali. Penempatan ini juga harus ditandai dengan adanya nilai yang sangat penting ada di toraja yaitu budaya dan masyarakatnya menjadi satu. Inilah suatu yang harus menjadi kelebihan.
            Berbicara tentang budaya dan masyarakat yang menjadi satu sudah bisa dipastikan bahwa toraja sudah memiliki hal tersebut. Dari segi budaya juga kita bisa melihat kebudayaan baik dari segi arsitektur yaitu bisa dilihat dari tongkonan, Pa’ssura, ataupun adu kerbau hingga kebudayaan lainnya yang masih bisa terungkap dari suku yang bernama toraja ini.
            Sebelumnya, mari kita berkenalan dulu dengan toraja yuk..!
            Asal-usul tentang pengertian toraja sebenarnya ada dua versi. Untuk versi pertama mengatakan bahwa toraja berasal kata ‘to’ yang artinya orang dan kata ‘raja’ yang berarti raja. Jadi, toraja berarti orang-orang keturunan raja. Sedangkan untuk versi kedua yaitu toraja berasal dari kata ‘to’ yang berarti orang dan ‘ri aja’ (bahasa Bugis) yang berarti orang-orang gunung. Jadi, toraja bisa diartika sebagai orang-orang gunung. Masing-masing versi ini cukup memiliki alas an yang berbeda-beda dan masuk akal. Nah, kata Tana memiliki arti negeri, sehingga nama Tana Toraja bisa diartikan sebagai tempat pemukiman suku Toraja.
            Begitulah cerita tentang asal usul tentang Toraja. Selanjutnya, seberapa baguskah kebudayaan yang ada di Toraja. Begitu banyaknya kebudayaan yang ada di toraja membuat turis asing maupun dalam negeri harus melihat kebudayaan yang ada di Toraja. Untuk itu perlu dilihat beberapa kebudayaan yang menarik di Toraja.
1.      Rante (rambu’solo)
Gambar diambil dari www.indonesiatravel.com

Rante adalah tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100 buah menhir/megalit, Terletak di Batutumongga. Orang-orang toraja menyebutnya Simbuang batu. Yaitu 102 buah batu menhir yang berdiri dengan megah yang terbagi atas 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang, dan 54 buauh ukuran kecil. Masing-masing ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama, hanya saja perbedaan terletak pada faktor perbedaan situasi dan kondisi pada saat pembuatan/pengambilan batu.
Untuk menuju Batutumongga, transportasi yang bias digunakan yaitu dengan menumpang minibus atau bemo yang dapat dijumpai di Pasar Bolu. Atau jika memiliki keuangan yang lebih maka bias juga dengan cara menyewa mobil yang mengantarkan ke lokasi.
Jalur perjalanan yang menanjak dan berkelok bisa diobati dengan adanya pemandangan yang indah. Namun, perjuangan ini memang membutuhkan waktu sekitar  1-1,5 jam berkendara. 

2.      Penyembelihan kerbau
Penyembelihan kerbau adalah bagian lain dari pemakaman. Karena suku toraja memiliki keyakinan bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya. Penyembelihan puluhan kerbau dan babi merupakan ritual puncak pemakaman seseorang yang diiringi dengan tarian dan music. Darah kerbau dan babi yang mucrat itu ditangkap dengan bamboo panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada tamu dan dicatat sebagai utang pada keluarga almarhum.
Ada tiga cara pemakaman yaitu peti mati dapat disimpan dalam gua atau di makam batu berukir atau digantung di tebing. Untuk kalangan bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh. Di gua batu biasanya digunakan untuk jenazah seluruh anggota keluarga. Sedangkan untuk orang kaya kadang-kadang di batu berukir yang membutuhkan biaya yang mahal.

3.      Tongkonan

Tongkonan adalah rumah adat suku toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi ukiran berwarna hitam, merah, dan kuning. Setiap tongkonan ini memiliki nama yang dijadikan sebagai nama desa. Pembangunan tongkonan ini merupakan suatu pekerjaan yang sangat melelahkan dan biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar.
Kata ‘tongkonan’ ini sebenarnya berasal dari bahasa Toraja yaitu ‘tongkon’ yang berarti duduk. Jadi, tongkonan ini dimaksudkan sebagai pusat kehidupan sosial suku toraja. Menurut ceritanya, tongkonan memang pertama kali dibangun di surge dengan empat tiang. Saat leluhur turun ke bumi, leluuhur meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.
Masyarakat Toraja menganggap rumah tongkonan sebagai ibu, sedangkan alang sura (lumbung padi) sebagai bapak. Tongkonan berfungsi untuk rumah tinggal, kegiatan sosial, upacara adat, serta membina kekerabatan. Bagian dalam rumah dibagi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah, dan selatan. Ruangan di bagian utara disebut tangalok yang berfungsi sebagai ruang tamu, tempat anak-anak tidur, serta tempat meletakkan sesaji. Ruangan sebelah selatan disebut sumbung, merupakan ruangan untuk kepala keluarga tetapi juga dianggap sebagai sumber penyakit. Ruangan bagian tengah disebut Sali yang berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga, dapur, serta tempat meletakkan orang mati.
Ada beberapa jenis tongkonan yaitu :
a.       Tongkonan layuak, yaitu tongkonan yang digunakan sebagai pusat pemerintahan. Tongkkonan ini adalah tempat kekuasaan tertinggi.
b.      Tongkonan pekamberan, yaitu tongkonan milik anggota keluarga yang memiliki wewenang dalam adat dan tradisi Toraja.
c.       Tongkonan batu, yaitu tongkonan untuk anggota keluarga biasa.


4.      Ukiran Toraja
Ukiran toraja ini dimaksudkan sebagai system tulisan karena suku toraja tidak mengenal yang namanya tulisan. Oleh sebab itu ukiran toraja disebut sebagai Pa’ssura yang berarti tulisan. Pa’ssura adalah sejenis ukiran kayu yang memiliki nama-nama khusus. Motif pada ukiran kayu ini yaitu hewan ataupun tumbuhan yang melambangkan kebajikan.
Ciri umum dari ukiran toraja ini yaitu system keteraturan dan ketertiban. Meskipun ukiran ini bersifat abstrak dan geometris namun ukiran ini dipelajari dalam ethnomatematika dengan tujuan mengungkap struktur matematikanya.
Ada beberapa motif ukiran toraja yaitu :
a.       Ka’tedong (kerbau)

b.      Pa’barre allo (matahari)

c.       Pa’re’po sanguba (menari)

d.      Me’limbongan (perancang legendaris)

e.       Neq limbongan (danau yang tidak pernah kering)

f.       Paqkapuq baka (ikatan keranjang)

g.     Paqsulan sangbua (sulam atau lipatan tembakau)

i.        Paqbulu londong (rumbai bulu ayam jantan)

j.        Paqtedong (kerbau)

k.      Paqtangko patting (Paku bambu)

l.        Paqtanduk reqpe (tanduk yang menggelayut ke bawah)

m.    Paqpolloq gayang (ekor keris emas)

n.      Paqulu gayang (bagian kepala keris emas)

o.      Paqbombo uai (binatang air yang melayang di atas air)

p.      Dan lainsebagainya.

5.      Panorama Tinimbayo
Panorama ini terletak di kecamatan Sesean Suloara’. Sebuah desa yang memperlihatkan sebuah surga dunia berupa hamparan sawah yang luas yang berada pada lereng hijau pegunungan. Panorama ini memanjakan mata dan tidak bisa ditemukan di daerah lain kecuali di Toraja ini.

Gambar diambil dari : http://www.indahnesia.co.cc



6.      Sistem kepercayaan Animisme Politeistik.
Sistem kepercayaan yang ada di toraja ini yaitu Animinisme politeistik yang dikenal juga dengan ‘aluk’ atau bisa dikenal juga dengan jalan atau hukum. Sebuah kepercayaan ini meyakini bahwa alam semesta ini dibagi menjadi dua yaitu dunia atas (surga) dunia manusia dan juga dunia bawah. Kepercayaan ini meyakini adanya dewa-dewa yaitu Pong Banggai di Rante (dewa bumi), Indo’ Ongon-ongon (dewi gempa bumi), Pong Lalondong (dewa kematian), Indo’ Belo Tumbang (dewi pengobatan), serta dewa-dewa yang lainnya.
Dalam hal mencapai dua bagian dunia ini masyrakat Toraja mengenal adanya upacara pemakaman. Sehingga dalam pelaksanaan kehidupan pertanian maupun pelaksanaan upacara kematian maka aluk menjadi sebuah sistem gabungan hukum, agam dan kebiasaan.

7.      Tarian dan musik.
Tarian banyak dilakukan suku Toraja dalam berbagai agenda kegiatan. Namun, yang lebih terkenal dan sering dilakukan yaitu untuk melakukan upacara kematian. Tarian ini dimaksudkan sebagai bentuk rasa duka cita. Selain itu tarian kematian juga dilakukan untuk menghormati dan menyemangati arwah untuk melakukan perjalanan panjang menuju akhirat. Ritual ini dikenal dengan sebuatn Ma’badong.
Selain tarian ma’badong ada juga tarian lain yaitu tarian prajurit ma’randing. Tarian ini dilakukan dengan sebuah fungsi yaitu untuk memuji keberanian almarhum dalam menjalani kehidupan semasa hidup.
Selama upacara kematian berlangsung maka para perempuan dewasa juga melakukan tarian lain yaitu tarian ma’akatia. Tarian ini menggunakan baju berbulu dan bertujuan uuntuk mengingatkan hadirin yang hadir pada upacara kematian untuk mengingat kemurahan hati dan kesetiaan almarhum.
Setelah berlangsungnya penyembelihan kerbau dan babi pada pelaksanaan upacara kematian, sekelompok laki-laki dan perempuan melakukan tarian ceria yang disebut ma’dondan.
Tarian lain yang unik yaitu tarian saat berlangsungnya panen pertanian. Tarian ini dikenal dengan tarian ma’bugi sebagai ucapan rasa syukur dan juga tarian ma’gandangi yang dilakukan saat suku Toraja sedang menumbuk beras.
Beberapa tarian lain yang beruntun yaitu tarian manimbong yang dilakukan oleh pria dan dilanjutkan olelh tarian ma’dandan yang dilakukan oleh pihak perempuannya.
Ada juga tarian lain yang dilakukan setiap 12 tahun sekali. Tarian ini yaitu tarian ma’bua.
Selain tarian tentu saja ada penunjang alat musik yang digunakan yaitu pa’suling dan pa’pelle. Pa’suling ini yaitu suling dengan berlubang enam sedangkan pa’pelle yaitu alat musik yang terbuat dari daun palem dan dimainkakn pada waktu panen dan ketika upacara pembukaan rumah.

            Nah. Begitu banyak acara adat dan keindahan alam yang dihadirkan dari suku Toraja ini maka tidak salah jika penulis akhirnya mengistilahkan Toraja sebagai surganyaIndonesia.






Sumber rujukan :

http://kabar-toraja.com/         



Artikel ini diikutkan pada lomba lovely toraja yang diadakan oleh http://mymakassar.com
 

Tidak ada komentar: