Oleh : Saepullah
Judul
di atas sedikit agak aneh memang terdengarnya. Mengapa judulnya saya buat
demikian? Suatu alasan yang kuat bagi saya dalam mengambil judul di atas yaitu
karena sejak tahun 2004 toraja telah mendapatkan nomor registrasi warisan dunia
(world heritage) dari UNESCO. Registrasi ini juga menempatkan toraja pada
urutan yang lebih tingggi dibandingkan dengan bali. Penempatan ini juga harus
ditandai dengan adanya nilai yang sangat penting ada di toraja yaitu budaya dan
masyarakatnya menjadi satu. Inilah suatu yang harus menjadi kelebihan.
Berbicara
tentang budaya dan masyarakat yang menjadi satu sudah bisa dipastikan bahwa
toraja sudah memiliki hal tersebut. Dari segi budaya juga kita bisa melihat
kebudayaan baik dari segi arsitektur yaitu bisa dilihat dari tongkonan,
Pa’ssura, ataupun adu kerbau hingga kebudayaan lainnya yang masih bisa
terungkap dari suku yang bernama toraja ini.
Sebelumnya,
mari kita berkenalan dulu dengan toraja yuk..!
Asal-usul tentang pengertian toraja sebenarnya
ada dua versi. Untuk versi pertama mengatakan bahwa toraja berasal kata ‘to’
yang artinya orang dan kata ‘raja’ yang berarti raja. Jadi, toraja berarti
orang-orang keturunan raja. Sedangkan untuk versi kedua yaitu toraja berasal
dari kata ‘to’ yang berarti orang dan ‘ri aja’ (bahasa Bugis) yang berarti
orang-orang gunung. Jadi, toraja bisa diartika sebagai orang-orang gunung.
Masing-masing versi ini cukup memiliki alas an yang berbeda-beda dan masuk
akal. Nah, kata Tana memiliki
arti negeri, sehingga nama Tana Toraja bisa diartikan sebagai tempat pemukiman
suku Toraja.
Begitulah
cerita tentang asal usul tentang Toraja. Selanjutnya, seberapa baguskah
kebudayaan yang ada di Toraja. Begitu banyaknya kebudayaan yang ada di toraja
membuat turis asing maupun dalam negeri harus melihat kebudayaan yang ada di
Toraja. Untuk itu perlu dilihat beberapa kebudayaan yang menarik di Toraja.
1. Rante (rambu’solo)
Gambar diambil
dari www.indonesiatravel.com
Rante
adalah tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100 buah
menhir/megalit, Terletak di Batutumongga. Orang-orang toraja menyebutnya
Simbuang batu. Yaitu 102 buah batu menhir yang berdiri dengan megah yang
terbagi atas 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang, dan 54 buauh ukuran
kecil. Masing-masing ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama, hanya
saja perbedaan terletak pada faktor perbedaan situasi dan kondisi pada saat
pembuatan/pengambilan batu.
Untuk
menuju Batutumongga, transportasi yang bias digunakan yaitu dengan menumpang
minibus atau bemo yang dapat dijumpai di Pasar Bolu. Atau jika memiliki
keuangan yang lebih maka bias juga dengan cara menyewa mobil yang mengantarkan
ke lokasi.
Jalur
perjalanan yang menanjak dan berkelok bisa diobati dengan adanya pemandangan
yang indah. Namun, perjuangan ini memang membutuhkan
waktu sekitar 1-1,5 jam berkendara.
2. Penyembelihan kerbau
Penyembelihan
kerbau adalah bagian lain dari pemakaman. Karena suku toraja memiliki keyakinan
bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih
cepat sampai di Puya. Penyembelihan
puluhan kerbau dan babi merupakan ritual puncak pemakaman seseorang yang
diiringi dengan tarian dan music. Darah kerbau dan babi yang mucrat itu
ditangkap dengan bamboo panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada tamu
dan dicatat sebagai utang pada keluarga almarhum.
Ada tiga
cara pemakaman yaitu peti mati dapat disimpan dalam gua atau di makam batu
berukir atau digantung di tebing. Untuk kalangan bayi atau anak-anak digantung dengan
tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum
membusuk dan membuat petinya terjatuh. Di gua batu biasanya digunakan untuk
jenazah seluruh anggota keluarga. Sedangkan untuk orang kaya kadang-kadang di
batu berukir yang membutuhkan biaya yang mahal.
3. Tongkonan
Gambar diambil
dari
http://www.indonesia.travel/id/destination/477/tana-toraja/article/100/tongkonan-rumah-adat-toraja-yang-mengagumkan
Tongkonan
adalah rumah adat suku toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi
ukiran berwarna hitam, merah, dan kuning. Setiap tongkonan ini memiliki nama
yang dijadikan sebagai nama desa. Pembangunan tongkonan ini merupakan suatu
pekerjaan yang sangat melelahkan dan biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga
besar.
Kata
‘tongkonan’ ini sebenarnya berasal dari bahasa Toraja yaitu ‘tongkon’ yang
berarti duduk. Jadi,
tongkonan ini dimaksudkan sebagai pusat kehidupan sosial suku toraja. Menurut
ceritanya, tongkonan memang pertama kali dibangun di surge dengan empat tiang.
Saat leluhur turun ke bumi, leluuhur meniru rumah tersebut dan menggelar
upacara yang besar.
Masyarakat Toraja menganggap rumah tongkonan sebagai ibu,
sedangkan alang sura (lumbung padi) sebagai bapak. Tongkonan
berfungsi untuk rumah tinggal, kegiatan sosial, upacara adat, serta membina
kekerabatan. Bagian dalam rumah dibagi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah,
dan selatan. Ruangan di bagian utara disebut tangalok yang berfungsi
sebagai ruang tamu, tempat anak-anak tidur, serta tempat meletakkan sesaji.
Ruangan sebelah selatan disebut sumbung, merupakan ruangan untuk
kepala keluarga tetapi juga dianggap sebagai sumber penyakit. Ruangan bagian
tengah disebut Sali yang berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan
keluarga, dapur, serta tempat meletakkan orang mati.
Ada beberapa jenis tongkonan yaitu :
a. Tongkonan layuak, yaitu tongkonan yang
digunakan sebagai pusat pemerintahan. Tongkkonan ini adalah tempat kekuasaan
tertinggi.
b. Tongkonan pekamberan, yaitu tongkonan milik
anggota keluarga yang memiliki wewenang dalam adat dan tradisi Toraja.
c. Tongkonan batu, yaitu tongkonan untuk anggota
keluarga biasa.
Gambar diambil
dari : http://www.indonesia.travel/id/destination/477/tana-toraja/article/100/tongkonan-rumah-adat-toraja-yang-mengagumkan
4. Ukiran Toraja
Ukiran toraja
ini dimaksudkan sebagai system tulisan karena suku toraja tidak mengenal yang
namanya tulisan. Oleh sebab itu ukiran toraja disebut sebagai Pa’ssura yang
berarti tulisan. Pa’ssura adalah sejenis ukiran kayu yang memiliki nama-nama
khusus. Motif pada ukiran kayu ini yaitu hewan ataupun tumbuhan yang
melambangkan kebajikan.
Ciri umum dari
ukiran toraja ini yaitu system keteraturan dan ketertiban. Meskipun ukiran ini
bersifat abstrak dan geometris namun ukiran ini dipelajari dalam ethnomatematika
dengan tujuan mengungkap struktur matematikanya.
Ada beberapa motif ukiran toraja yaitu :
a. Ka’tedong (kerbau)
b. Pa’barre allo (matahari)
c. Pa’re’po sanguba (menari)
d. Me’limbongan (perancang legendaris)
e. Neq limbongan (danau yang tidak pernah
kering)
f. Paqkapuq baka (ikatan keranjang)
g. Paqsulan sangbua (sulam atau lipatan
tembakau)
i.
Paqbulu
londong (rumbai bulu ayam jantan)
j.
Paqtedong
(kerbau)
k. Paqtangko patting (Paku bambu)
l.
Paqtanduk
reqpe (tanduk yang menggelayut ke bawah)
m. Paqpolloq gayang (ekor keris emas)
n. Paqulu gayang (bagian kepala keris emas)
o. Paqbombo uai (binatang air yang melayang di
atas air)
Gambar pada macam-macam ukiran ini diambil dari : http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2725/ragam-jenis-ukiran-toraja-sulawesi-selatan
5. Panorama Tinimbayo
Panorama
ini terletak di kecamatan Sesean Suloara’. Sebuah desa yang memperlihatkan
sebuah surga dunia berupa hamparan sawah yang luas yang berada pada lereng
hijau pegunungan. Panorama ini memanjakan mata dan tidak bisa ditemukan di
daerah lain kecuali di Toraja ini.
Gambar diambil dari : http://www.indahnesia.co.cc
6. Sistem kepercayaan Animisme Politeistik.
Sistem
kepercayaan yang ada di toraja ini yaitu Animinisme politeistik yang dikenal
juga dengan ‘aluk’ atau bisa dikenal juga dengan jalan atau hukum. Sebuah
kepercayaan ini meyakini bahwa alam semesta ini dibagi menjadi dua yaitu dunia
atas (surga) dunia manusia dan juga dunia bawah. Kepercayaan ini meyakini
adanya dewa-dewa yaitu Pong Banggai di Rante (dewa bumi), Indo’ Ongon-ongon
(dewi gempa bumi), Pong Lalondong (dewa kematian), Indo’ Belo Tumbang (dewi
pengobatan), serta dewa-dewa yang lainnya.
Dalam hal
mencapai dua bagian dunia ini masyrakat Toraja mengenal adanya upacara
pemakaman. Sehingga dalam pelaksanaan kehidupan pertanian maupun pelaksanaan
upacara kematian maka aluk menjadi sebuah sistem gabungan hukum, agam dan
kebiasaan.
7. Tarian dan musik.
Tarian
banyak dilakukan suku Toraja dalam berbagai agenda kegiatan. Namun, yang lebih terkenal dan sering
dilakukan yaitu untuk melakukan upacara kematian. Tarian ini dimaksudkan
sebagai bentuk rasa duka cita. Selain itu tarian kematian juga dilakukan untuk
menghormati dan menyemangati arwah untuk melakukan perjalanan panjang menuju
akhirat. Ritual ini dikenal dengan sebuatn Ma’badong.
Selain
tarian ma’badong ada juga tarian lain yaitu tarian prajurit ma’randing. Tarian
ini dilakukan dengan sebuah fungsi yaitu untuk memuji keberanian almarhum dalam
menjalani kehidupan semasa hidup.
Selama
upacara kematian berlangsung maka para perempuan dewasa juga melakukan tarian
lain yaitu tarian ma’akatia. Tarian ini menggunakan baju berbulu dan bertujuan
uuntuk mengingatkan hadirin yang hadir pada upacara kematian untuk mengingat
kemurahan hati dan kesetiaan almarhum.
Setelah berlangsungnya
penyembelihan kerbau dan babi pada pelaksanaan upacara kematian, sekelompok
laki-laki dan perempuan melakukan tarian ceria yang disebut ma’dondan.
Tarian lain
yang unik yaitu tarian saat berlangsungnya panen pertanian. Tarian ini dikenal
dengan tarian ma’bugi sebagai ucapan rasa syukur dan juga tarian ma’gandangi
yang dilakukan saat suku Toraja sedang menumbuk beras.
Beberapa
tarian lain yang beruntun yaitu tarian manimbong yang dilakukan oleh pria dan
dilanjutkan olelh tarian ma’dandan yang dilakukan oleh pihak perempuannya.
Ada juga
tarian lain yang dilakukan setiap 12 tahun sekali. Tarian ini yaitu tarian
ma’bua.
Selain
tarian tentu saja ada penunjang alat musik yang digunakan yaitu pa’suling dan
pa’pelle. Pa’suling ini yaitu suling dengan berlubang enam sedangkan pa’pelle
yaitu alat musik yang terbuat dari daun palem dan dimainkakn pada waktu panen
dan ketika upacara pembukaan rumah.
Nah.
Begitu banyak acara adat dan keindahan alam yang dihadirkan dari suku Toraja ini
maka tidak salah jika penulis akhirnya mengistilahkan Toraja sebagai surganyaIndonesia.
Sumber rujukan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar