Melihat kualitas
pendidikan di Indonesia, banyak yang berpendapat masih kurang dan jauh dari
harapan. Padahal, jika kita lihat berita terbaru yang terjadi di Indonesia
yaitu tidak sedikit anak didik di Indonesia yang menjada jawara pada lomba
olimpiade, baik yang berbau pendidikan di sekolahnya seperti olimpiade
matematika, fisika, kimia, biologi, geografi, kebumian, akuntansi dan masih
banyak lagi kejuaraan olimpiade yang berhasil direbut hasil membanggakan dari
anak-anak Indonesia. Berita terbaru yaitu hasil membanggakan untuk anak-anak
Indonesia yaitu meraih satu emas dan dua perunggu pada kejuaraan olimpiade
geografi internasional (sumber: detik.com pada tanggal 24 Agustus 2015) serta
ada lagi kejuaraan yang bergengsi lainnya yaitu penghargaan bergengsi tingkat
Internasional untuk anak-anak Indonesia yang berhasil memenangkan lomba Asia
Memory Championship dan Third Hongkong Open Memory Championship. Penghargaan
yang telah diperoleh di Indonesia sebenarnya membuktikan bahwa Indonesia
bukanlah bangsa yang terbelakang dan memiliki kelemahan dalam pendidikan dan
pengajaran yang terjadi di negeri Indonesia.
Lalu,
mengapa sering kita dengar bahwa adanya keburukan Pendidikan yang terjadi di
Indonesia? Ya, data terakhir yang ada yaitu Indonesia meraih peringkat 121 dari
185 negara berdasar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2013. Jauh
tertinggal disbanding dua Negara ASEAN lainnya yaitu Malaysia yang berada pada
posisi 64 dan Singapura pada posisi 18. Banyak masalah yang menjadi kendala
mengapa Indonesia ini belum memiliki system pendidikan yang mumpuni, meskipun
sebagian kecil peserta didik di Indonesia bisa menjadi jawara di tingkat
Internasional. Hal inilalh yang menjadi perenungan kepada kita semua untuk bisa
menanganinya secara bersama-sama, bukan saja pemerintah namun segala lini harus
berperan serta.
Beberapa
masalah pendidikan di Indonesia yang perlu mendapat tanggapan untuk sedikit
menutup lubang keburukan pendidikan di Indonesia. Ada dua penanganan yang bisa
dijadikan patokan dalam menanganinya, yaitu solusi sistemik dan solusi teknis.
Solusi Sistemik ini
berkaitan erat dengan adanya system pemerintahan hari ini, yaitu berkaitan erat
dengan adanya perpolitikan. Sudah seharusnya pendidikan ini tidak dicampur
dengan adanya urusan politik dalam Negara Indonesia ini. Bisa kita lihat system
pendidikan ini sudah seharusnya diberikan gaya berfikir tersendiri tanpa harus
adanya campur baur perpolitikan yang ada. Sehingga dalam menangani system
pendidikan semakin rumit dan kacau juga akhirnya. Jika dilihat dari adanya
system pendidikan di Negara Indonesia, dana yang dikeluarkan oleh pemerintah
harusnya bisa meniru seperti Finlandia yang lebih banyak mengeluarkan dana
untuk pendidikannya.
Mengapa Finlandia bisa
menjadi terdepan dalam system pendidikan di dunia? Hal ini tentu saja, dari
negaranya sendiri lebih memprioritaskan dana untuk pendidikannya. Hal ini
menjadi tanggung jawab pemerintah untuk merubah mental dan sikap para pejabat
yang terkait untuk lebih bisa meningkatkan dana untuk system pendidikan. Jauh
berbeda memang antara Indonesia dengan Finlandia, jika melihat Finlandia dana
pendidikannya lebih diutamakan, sedangkan di Indonesia untuk dana pendidikan semakin
kecil saja.
Solusi teknis yaitu
berkaitan erat dengan adanya peningkatan kinerja guru untuk menjadi lebih baik
lagi, peningkatan mutu siswa agar lebih baik, serta dukungan orang tua dalam
pemberian spirit kepada siswa dalam
melakukan pendidikan.
Kinerja guru perlu
dibahas lebih terperinci lagi, dengan adanya pengawasan yang lebih terukur
lagi. (maaf) jika dilihat kepada beberapa guru banyak yang melakukan kinerja
kurang baik, diantaranya yaitu datang ke kelas terlambat, saat di kelas hanya
memberi tugas kepada siswa, hingga mutu gaya mengajar yang asal dan tidak
terukur oleh sang guru.
Guru yang menjadi
panutan di sekolah oleh peserta didik (siswa) sudah seharusnya memahami apa
yang ingin disampaikan dalam kelas. Guru sudah seharusnya memahami tentang
pelajaran yang diampu, dan sebab akibat dari adanya pelajaran yang diampu,
hingga kepada tujuan dari pelajaran yang diampunya tersebut. Guru haruslah
memahami hal itu sehingga tidak mengakibatkan ‘asal mengajar’ saat di kelas.
Perihal lain tentang
guru, ada beberapa guru yang memiliki masalah dalam kehidupan pribadinya, sudah
seharusnya tidak boleh terlihat/Nampak kepada siswa bahwa guru yang
bersangkutan tersbut memiliki masalah. Guru harus tetap bersemangat dalam
mengajar di kelas. Apapun yang terjadi, apakah memiliki masalah dalam kehidupan
pribadi, apakah kondisi fisik guru sedang tidak baik, maka saat berada di
hadapan siswa di kelas harus tetap ceria dan bersemangat. Jika siswa melihat
kepribadian guru yang penuh semangat dan ceria ini, maka siswa pun akan
bersemangat dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
Hal ini sangatlah
penting untuk dicermati bersama akan gaya pemikiran seorang guru, bahwa guru
adalah menjadi teladan dan panutan bagi siswa. Guru merupakan ladang amal
tertinggi untuk merubah sikap dan akademis sang siswa. Sikap guru perlu diubah
untuk bisa datang tepat waktu, mengajar dengan penuh semangat serta selalu
berintrospeksi untuk dapat lebih baik lagi setiap harinya. Para guru juga
merupakan profesi yang bijak yang seharusnya disadari oleh rekan-rekan guru sekalian.
Bagi orang tua, peran
dalam menentukan arah pemikiran untuk pendidikan Indonesia lebih baik lagi
yaitu tetap memberikan spirit yang
tinggi kepada sang buah hatinya untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu.
Banyak di perkotaan maupun pedesaan, orang tua yang dengan sengaja mengajak
anaknya berhenti dari menuntut ilmu di sekolah dan membantu perekonomiannya.
Hal ini tidak bisa dipungkiri karena masalah perekonomian yang terjadi di
negeri Indonesia. Namun, kondisi perekonomian yang terjadi bagi orang tua,
seharusnya orang tua tetap memberikan hak belajar bagi sang buah hatinya untuk
tetap belajar. Spirit orang tua ini
merupakan doa dan juga sebuah asa yang tinggi bagi sang anak. Dengan spirit anak ini tentu membuat anak
semakin bersemangat dalam menuntut ilmu di sekolah.
Terakhir dalam hal peningkatan
mutu siswa bisa di lihat dari adanya kebutuhan sekolah akan fasilitas yang ada.
Pemerintah melalui dana APBN dan APBD lebih menitikberatkan kepada dana untuk
pendidikan. Dana pendidikan tersebut digunakan dalam hal pemenuhan kebutuhan
sekolah akan fasilitas yang dirasa kurang. Dengan adanya fasilitas yang mumpuni
di setiap sekolah, siswa bisa berkembang dalam hal pemikiran terkait pelajaran
yang diajarkan. Hal ini bisa meningkatkan gaya befikir siswa dalam hal
pembelajaran.
Bukankah pembelajaran
itu megharapkan perubahan sikap dan perilaku baik tingkah laku maupun akademis
siswa?
Semoga pihak terkait
baik pemerintah, guru, siswa, serta orang tua bisa merubah pola pikir secara
bersama-sama untuk menentukan arah pendidikan yang sebenarnya diperlukan bagi
pendidikan di Indonesia tercinta ini. Mari bersama menutup lubang keburukan
pendidikan di Indonesia dengan merubah paradigma yang ada sehingga pendidikan
di Indonesia menjadi lebih baik.
Bekasi, 25
Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar