Senin, 16 November 2015

Menambal Lubang Pendidikan di Indonesia






            Melihat kualitas pendidikan di Indonesia, banyak yang berpendapat masih kurang dan jauh dari harapan. Padahal, jika kita lihat berita terbaru yang terjadi di Indonesia yaitu tidak sedikit anak didik di Indonesia yang menjada jawara pada lomba olimpiade, baik yang berbau pendidikan di sekolahnya seperti olimpiade matematika, fisika, kimia, biologi, geografi, kebumian, akuntansi dan masih banyak lagi kejuaraan olimpiade yang berhasil direbut hasil membanggakan dari anak-anak Indonesia. Berita terbaru yaitu hasil membanggakan untuk anak-anak Indonesia yaitu meraih satu emas dan dua perunggu pada kejuaraan olimpiade geografi internasional (sumber: detik.com pada tanggal 24 Agustus 2015) serta ada lagi kejuaraan yang bergengsi lainnya yaitu penghargaan bergengsi tingkat Internasional untuk anak-anak Indonesia yang berhasil memenangkan lomba Asia Memory Championship dan Third Hongkong Open Memory Championship. Penghargaan yang telah diperoleh di Indonesia sebenarnya membuktikan bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang terbelakang dan memiliki kelemahan dalam pendidikan dan pengajaran yang terjadi di negeri Indonesia.
            Lalu, mengapa sering kita dengar bahwa adanya keburukan Pendidikan yang terjadi di Indonesia? Ya, data terakhir yang ada yaitu Indonesia meraih peringkat 121 dari 185 negara berdasar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2013. Jauh tertinggal disbanding dua Negara ASEAN lainnya yaitu Malaysia yang berada pada posisi 64 dan Singapura pada posisi 18. Banyak masalah yang menjadi kendala mengapa Indonesia ini belum memiliki system pendidikan yang mumpuni, meskipun sebagian kecil peserta didik di Indonesia bisa menjadi jawara di tingkat Internasional. Hal inilalh yang menjadi perenungan kepada kita semua untuk bisa menanganinya secara bersama-sama, bukan saja pemerintah namun segala lini harus berperan serta.
            Beberapa masalah pendidikan di Indonesia yang perlu mendapat tanggapan untuk sedikit menutup lubang keburukan pendidikan di Indonesia. Ada dua penanganan yang bisa dijadikan patokan dalam menanganinya, yaitu solusi sistemik dan solusi teknis.
Solusi Sistemik ini berkaitan erat dengan adanya system pemerintahan hari ini, yaitu berkaitan erat dengan adanya perpolitikan. Sudah seharusnya pendidikan ini tidak dicampur dengan adanya urusan politik dalam Negara Indonesia ini. Bisa kita lihat system pendidikan ini sudah seharusnya diberikan gaya berfikir tersendiri tanpa harus adanya campur baur perpolitikan yang ada. Sehingga dalam menangani system pendidikan semakin rumit dan kacau juga akhirnya. Jika dilihat dari adanya system pendidikan di Negara Indonesia, dana yang dikeluarkan oleh pemerintah harusnya bisa meniru seperti Finlandia yang lebih banyak mengeluarkan dana untuk pendidikannya.
Mengapa Finlandia bisa menjadi terdepan dalam system pendidikan di dunia? Hal ini tentu saja, dari negaranya sendiri lebih memprioritaskan dana untuk pendidikannya. Hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk merubah mental dan sikap para pejabat yang terkait untuk lebih bisa meningkatkan dana untuk system pendidikan. Jauh berbeda memang antara Indonesia dengan Finlandia, jika melihat Finlandia dana pendidikannya lebih diutamakan, sedangkan di Indonesia untuk dana pendidikan semakin kecil saja.
Solusi teknis yaitu berkaitan erat dengan adanya peningkatan kinerja guru untuk menjadi lebih baik lagi, peningkatan mutu siswa agar lebih baik, serta dukungan orang tua dalam pemberian spirit kepada siswa dalam melakukan pendidikan.
Kinerja guru perlu dibahas lebih terperinci lagi, dengan adanya pengawasan yang lebih terukur lagi. (maaf) jika dilihat kepada beberapa guru banyak yang melakukan kinerja kurang baik, diantaranya yaitu datang ke kelas terlambat, saat di kelas hanya memberi tugas kepada siswa, hingga mutu gaya mengajar yang asal dan tidak terukur oleh sang guru.
Guru yang menjadi panutan di sekolah oleh peserta didik (siswa) sudah seharusnya memahami apa yang ingin disampaikan dalam kelas. Guru sudah seharusnya memahami tentang pelajaran yang diampu, dan sebab akibat dari adanya pelajaran yang diampu, hingga kepada tujuan dari pelajaran yang diampunya tersebut. Guru haruslah memahami hal itu sehingga tidak mengakibatkan ‘asal mengajar’ saat di kelas.
Perihal lain tentang guru, ada beberapa guru yang memiliki masalah dalam kehidupan pribadinya, sudah seharusnya tidak boleh terlihat/Nampak kepada siswa bahwa guru yang bersangkutan tersbut memiliki masalah. Guru harus tetap bersemangat dalam mengajar di kelas. Apapun yang terjadi, apakah memiliki masalah dalam kehidupan pribadi, apakah kondisi fisik guru sedang tidak baik, maka saat berada di hadapan siswa di kelas harus tetap ceria dan bersemangat. Jika siswa melihat kepribadian guru yang penuh semangat dan ceria ini, maka siswa pun akan bersemangat dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
Hal ini sangatlah penting untuk dicermati bersama akan gaya pemikiran seorang guru, bahwa guru adalah menjadi teladan dan panutan bagi siswa. Guru merupakan ladang amal tertinggi untuk merubah sikap dan akademis sang siswa. Sikap guru perlu diubah untuk bisa datang tepat waktu, mengajar dengan penuh semangat serta selalu berintrospeksi untuk dapat lebih baik lagi setiap harinya. Para guru juga merupakan profesi yang bijak yang seharusnya disadari oleh rekan-rekan guru sekalian.
Bagi orang tua, peran dalam menentukan arah pemikiran untuk pendidikan Indonesia lebih baik lagi yaitu tetap memberikan spirit yang tinggi kepada sang buah hatinya untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu. Banyak di perkotaan maupun pedesaan, orang tua yang dengan sengaja mengajak anaknya berhenti dari menuntut ilmu di sekolah dan membantu perekonomiannya. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena masalah perekonomian yang terjadi di negeri Indonesia. Namun, kondisi perekonomian yang terjadi bagi orang tua, seharusnya orang tua tetap memberikan hak belajar bagi sang buah hatinya untuk tetap belajar. Spirit orang tua ini merupakan doa dan juga sebuah asa yang tinggi bagi sang anak. Dengan spirit anak ini tentu membuat anak semakin bersemangat dalam menuntut ilmu di sekolah.
Terakhir dalam hal peningkatan mutu siswa bisa di lihat dari adanya kebutuhan sekolah akan fasilitas yang ada. Pemerintah melalui dana APBN dan APBD lebih menitikberatkan kepada dana untuk pendidikan. Dana pendidikan tersebut digunakan dalam hal pemenuhan kebutuhan sekolah akan fasilitas yang dirasa kurang. Dengan adanya fasilitas yang mumpuni di setiap sekolah, siswa bisa berkembang dalam hal pemikiran terkait pelajaran yang diajarkan. Hal ini bisa meningkatkan gaya befikir siswa dalam hal pembelajaran.
Bukankah pembelajaran itu megharapkan perubahan sikap dan perilaku baik tingkah laku maupun akademis siswa?
Semoga pihak terkait baik pemerintah, guru, siswa, serta orang tua bisa merubah pola pikir secara bersama-sama untuk menentukan arah pendidikan yang sebenarnya diperlukan bagi pendidikan di Indonesia tercinta ini. Mari bersama menutup lubang keburukan pendidikan di Indonesia dengan merubah paradigma yang ada sehingga pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.

Bekasi, 25 Agustus 2015




Tidak ada komentar: