Jumat, 29 Agustus 2014

MEMBUDAYAKAN MEMBACA DAN MENULIS BERSAMA IKAPI


Gambar diambil di sini

IKAPI merupakan singkatan dari Ikatan Penerbit Indonesia. Hingga tahun 2013 telah bergabung ke IKPAI sebanyak  1126 penerbit di Indonesia. Dengan berdirinya IKAPI berdasar blue print nya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dengan membudayakan baca-tulis melalui penerbitan buku-buku yang mumpuni.
Memang sejauh ini, keberadaan IKAPI belum dirasakan bahkan belum diketahui oleh sebagian masyarakat di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan karena sosialisasi kepada masyarakat di Indonesia yang kurang. Atau bisa juga masyarakat Indonesia yang memang belum menyadari bahwa di balik penerbitan buku disanalah terdapat IKAPI. Oleh sebab itu, untuk memasyarakatkan dan mengenal lebih jauh tentang IKAPI dan program-program yang direncanakannya maka IKAPI perlu sedikit banyaknya untuk lebih menggencarkan dan mengenalkan kepada masyarakat baik melalui media televisi, radio, internet, atau bahkan promosi-promosi di perpustakaan atau lembaga daerah. Promosi-promosi ini bisa melalui selebaran/leaflet atau bahkan spanduk.
Dalam perjuangan membudayakan baca-tulis sebagaimana yang terdapat dalam blue print IKAPI maka perlu kiranya IKAPI juga mengembangkan sayap ke daerah-daerah di Indonesia. Bahkan ke daerah terpencil sekalipun. Adapun aktivitas yang bisa dilakukan yaitu bisa dengan perpustakaan berjalan, membagikan beberapa buku ke sekolah-sekolah atau taman bacaan, hingga mengadakan sebuah perlombaan yang berkenaan dengan dunia baca tulis. Memang budaya seperti ini masih dirasakan kurang sekali muncul ke daerah-daerah. Yang dirasakan saat ini yaitu biaya penjualan buku yang sedikit melambung sehingga membuat masyarakat malas membeli dan akhirnya tidak jadi membaca. Hal ini bisa juga diperparah dengan sifat kemalasan masyarakat Indonesia yang malas untuk datang ke perpustakaan sehingga perlu adanya terobosan baru yaitu tentang perpustakaan berjalan, dan pendirian taman bacaan yang mumpuni.
Memang dengan kondisi ke Indonesia yang memiliki sifat yang unik akibat pengaruh dari penjajahan oleh Belanda telah melekat erat, maka perlu kiranya penyemarakan aktivitas perpustakaan keliling, perpustakaan mobil, ataupun taman bacaan keliling. Semoga dengan adanya aktivitas ini masyarakat Indonesia semakin terbiasa dan rajin dalam membaca maupun membuat tulisan.
Demikianlah yang saya rasakan saat ini bagaimana budaya baca tulis memang belum dirasakan perkembangannya bagi masyarajat Indonesia. Oleh sebab itu andai saja saya menjadi salah satu pengurus dari IKAPI yang menaungi penerbit di Indonesia maka ada beberapa reformasi yang ingin saya utarakan untuk menunjang pencerdasan masyarakat Indonesia.

Gambar diambil di sini

Pertama, yang ingin saya utarakan dan perjuangkan yaitu agar para penerbit dapat menjual buku dengan lebih murah, hal ini juga berkaitan erat dengan situasi perpolitikan dan pemerintahan di indonesia. Jadi, sebagai langkah awal maka perlu perembukan antara pemerintah dengan IKAPI dalam menentukan harga perbukuan. Semoga harga perbukuan dan pajak perbukuan bisa dirasakan kemudaha dan kebermanfaatan untuk masyarakat dalam membeli buku.
Kedua, saya ingin agar dalam menerbitkan sebuah buku maka penerbit bisa mengalokasikan beberapa bukunya untuk perpustakaan. Bisa diupayakan agar setiap daerah/provinsi memiliki satu buku yang diterbitkan oleh penerbit. Alangkah lebih baiknya jika buku yang dialokasikan tadi dapat tersalurkan kepada daerah yang kurang terjangkau dari toko buku/perpustakaan.
Ketiga, adanya perpustakaan/taman bacaan berjalan. Dengan adanya aktivitas perpustakaan/taman bacaan berjalan ini maka pengembangan budaya membaca untuk masyarakat akan semakin semarak. Ditambah lagi jika dalam perpustakaan/taman bacaan berjalan tadi terdapat sebuah games / perlombaan untuk menarik masyarakat untuk hadir dan membaca buku.
Sebuah usaha dalam pengembangan budaya membaca memang sudah seharusnya semakin diperluas dengan aktivitas yang berarti. Berharap semoga masyarakat Indonesia semakin cerdas dengan aktivitasnya yang terlihat dalam mencintai budaya membaca dan menulis.
Wallahu alam bishawab

Tidak ada komentar: